Jumat, 02 Desember 2011

about


CIEUNTEUNG YANG KURINDUKAN
 
16.00 WIB Jum’at, 2 November 2011, Cieunteung.Bandung
 
Bandung adalah kota bermartabat yang indah, bersih dan asri dijuluki juga sebagai kota kembang. Selain dijuluki sebagai kota kembang Bandung terkenal dengan bangunan-bangunan sejarah, fashion dan wisata kulinernya. Di samping akan keindahan dan kelebihan yang dimiliki kota Bandung tersirat pula kekurangannya berupa pemandangan yang kurang enak dipandang salah satunya yaitu sampah.
Sampah adalah sisa-sisa pembuangan dari hasil kegiatan manusia, yang terbagi atas sampah organik, sampah anorganik, dan sampah B3.Fakta menyebutkan bahwa kota Bandung saat ini telah berubah menjadi kota sampah Karena intensitas jumlah sampah yang banyak dan menumpuk yang dibuang secara sembarang sehingga menimbulkan dampak negative yang sangat merugikan.
DSCF2419.JPG
Cieunteung merupakan salah satu dari sebagian banyak daerah yang merasakan kerugian  yang ditimbukan dari sampah kota Bandung. Sampah tidak akan menimbulkan masalah dan bahkan dapat memberi keuntungan pada kita apabila kita dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan sebaliknya banjir  yang terjadipun tak luput karena ulah dari manusia sendiri.
DSCF2409.JPG
                                                Gambar Sungai Citarum
DSCF2410.JPG
                                    Gambar Sungai Citarum
 
Sungai Citarum membentang mengalir dihampir sebagian kota Bandung. Sungai terpanjang ini pada mulanya merupakan sungai yang dijadikan sebagai mata pencaharian serta untuk kebutuhan warga sekitar, akan tetapi saat ini sungai Citarum dipenuhi oleh sampah-sampah akibat ulah tangan-tangan tak bertanggung jawab yang tidak memperlakukan lingkungan dengan baik yang dampaknya menimbulkan masalah yang sering kita sebut dengan bencana banjir.
Cieunteung adalah bukti dari hasil kecerobohan ulah manusia. Bagaimanakah pendapat kalian? Sebuah kampung yang pada awalnya tentram dihuni oleh berpuluh-puluh kepala keluarga yang hidup didalamnya kini menjadi kampung yang tak layak huni bahkan kampung tersebut saat ini hampir tidak berpenghuni, menurut data informasi tercatat kurang lebih 50 jiwa yang masih menetap dan bertahan di dalam tempat tinggalnya. Kondisi kampung Cieuteung yang sangat memprihatinkan hampir sebagian rumah-rumah warga rusak parah akibat bencana banjir yang melanda, perahu-perahu yang dipakai ketika banjirpun masih terlihat di depan-depan rumah warga yang telah rusak parah. Termasuk bangunan sekolah yang sudah tak layak dipakai kembali.
DSCF2438.JPG
                                Gambar rumah warga yang telah rusak parah
 
DSCF2448.JPG
                                Gambar bangunan sekolah yang sudah tak layak pakai
DSCF2452.JPG
                                Gambar suasana Kampung Cieunteung setelah banjir
        DSCF2453.JPG
Peristiwa terjadinya banjir ini bermula dari sampah yang menumpuk di sekitar sungai Citarum, sampah memenuhi serta mengotori permukaan sungai dan menyumbat aliran sungai sehingga sungai tidak dapat mengalir lancar. Ketika hujan turun air dalam sungai tidak mengalir karena penyumbatan yang terjadi oleh sampah menyebabkan sungai meluap dan dalam intensitas air yang tinggi sungai membanjiri daerah Cieunteung.
Posko-posko bantuan seperti PMI (Palang Merah Indonesia) ikut berpartisipasi membantu korban-korban bencana banjir untuk mengevakuasi dan memberikan bantuan seperti sandang dan pangan berupa sembako bagi masyarakat mengungsi.
 
DSCF2423.JPG
                Bapak Dedeng (Narasumber)
 
Menurut sumber yang mengetahui sebut saja namanya Bapak Dedeng beliau adalah salah seorang warga yang pernah merasakan banjir. Tempat tinggal Bapak Dedeng ini tak jauh dari pusat banjir, di kampung Cieunteung hanya berbeda satu jembatan saja tepatnya yaitu di kampung Cijagra. Beliau mengatakan bahwa jika tempat tinggalnya terkena banjir, menandakan bahwa kampung Cieunteung sudah mengalami banjir yang sangat parah. Banjir yang terjadi bukan hanya masuk ke rumah- rumah warga saja akan tetapi mengganggu kegiatan aktivitas lain seperti melumpuhkan jalan utama yang paling sering digunakan oleh warga untuk melakukan kegiatan dan menyebabkan kemacetan total. Terutama pada bulan January hingga Maret daerah ini sering terkena banjir, ketika banjir melanda warga-warga yang rumahnya terkena banjir mengungsi memakai tenda yang diberikan oleh PMI dan menggunakan tenda pengungsian di tempat-tempat atau bangunan pemerintahan.
 
   Kampung Cieunteung merupakan daerah langganan banjir, Pemerintah kab. Bandung berencana menjadikan Cieunteung sebagai kawasan danau wisata sebagai cara pemanfaatan penanggulangan Cieunteung yang terus menerus menimbulkan kerugian akibat bencana banjir yang melanda.
Mau dikatakan apa lagi Cieunteung memang sudah menjadi langganan banjir yang terjadi di daerah kab. Bandung, masyarakat dan pemerintahan telah mengerahkan segala cara untuk menanggulangi bencana banjir seperti membuat benteng dekat sungai yang bertujuan agar ketika sungai meluap air tidak menggenangi rumah warga dan pengerukan sampah sungai dilakukan agar sungai dapat mengalir dan tidak terjadi penyumbatan. Semua cara telah dilakukan dan tidak dapat menghentikan banjir langganan tersebut, semua telah terlambat Cieunteung telah menjadi kenangan, kehidupan berubah menjadi kesunyian kehangatan telah menjadi kebekuan dan keceriaan berubah menjadi padam. Jagalah lingkungan kita dengan sebaik-baiknya, janganlah kita membuang sampah sembarangan karena penyesalan akan datang belakangan. Kalau sudah begini siapa yang akan disalahkan? Hanya kesadaran diri kitalah yang dapat mencegahnya dan menolong kita agar bencana ini tidak terjadi lagi di Cieunteung-Cieunteung lainnya.
(Wahyuni markotim/Tanti Cynthia M/Yani Yuliani***)

1 komentar:

  1. sebuah laporan yang menggugah. Tulisan diperkuat dengan foto foto pendukung. melalui tulisan kalian, saya jadi tahu tentang Cieunteung. Hebat. Kalian mampu membuat reportase jurnalistik yang menarik. salut

    BalasHapus